Jurnal 11, Badai Pasti Berlalu dan First Reader

Kepopuleran film The Raid merupakan sebuah langkah awal untuk revolusi industri perfilman Indonesia. Tanpa perlu dijelaskan secara detail tentang perfilman Indonesia selama ini, bukan berarti saya bilang film Indonesia jelek. Saya suka dengan banyak film Indonesia, tapi mungkin karena genre dan tema yang diangkat dalam film ini berbeda sehingga pamornya lebih dibandingkan film-film lainnya.

Bagi saya (sampai dengan hari ini) film Indonesia terbaik adalah Badai Pasti Berlalu. Hanya sebuah Film biasa dengan standar cerita Marga T, tapi bagi saya film ini luar biasa



Film ini pernah membawa saya (hampir) mencapai salah satu tujuan saya. Salah satu penerbit bergengsi di Indonesia membuka lowongan first reader dengan sistem part time dengan persyaratan yang sangat mudah, hanya menjelaskan tentang kenapa saya harus terpilih, mendeskripsikan novel dan film favorite saya.

Alasan menjadi first reader
mungkin hobi baca nggak terlalu di tuntut untuk menjadi seorang first reader, tapi saya hobbi  baca dengan demikian saya tidak akan bosan ketika di suruh baca banyak naskah sekalipun. Selain itu saya juga suka menulis, karena itu saya sangat ingin menjadi first reder. Selain bisa membantu dalam seleksi naskah secara tidak langsung saya bisa belajar dari berbagai cara menulis orang lain dan menambah pengetahuan saya tentang dunia tulis menulis.

Novel yang menurut saya oke banget adalah  "AI Cinta tak pernah lelah menanti" karya Winna Efendi, pertama kali malihat buku ini di gramedia, saya sudah menyukai covernya dan setelah membaca saya bisa memahami arti persahabatan yang sebenarnya. two thumbs untuk kak Winna Efendi dengan karya-karyanya.

Kalau film menurut saya "Badai pasti berlalu" walaupun film ini dapat di golongkan sebagai film jadul tapi saya sangat menyukai cerita yang ditawarkan dalam film ini dan setiap pemeran dalam film ini mampu memainkan emosi setiap karakter dengan baik. Dan yang  membuat saya selalu ingin menonton film ini adalah karena topik yang ditawarkan dalam film ini berbeda dengan topik yang di angkat dalam film-film indonesia yang banyak beredar saat ini.
 Satu hal yang paling saya sesali dalam hal ini adalah 'panggilan wawancara first reader datang bertepatan dengan hari pertama saya di rumah saat liburan semester'. Sangat tidak memungkinkan jika saya kembali ke Jakarta untuk wawancara dan lebih saya sesali setelah kesempatan itu tidak ada kesempatan lain untuk menjadi First reader.

Saya dan Badai Pasti Berlalu,
  • Saya selalu di tertawakan oleh teman-teman dan petugas di rental DVD langganan saya karena selalu menjadikan film ini sebagai bonus ketika menyewa DVD.
  • Menemukan film ini di sebuah rental DVD di daerah Bateng setelah ditertawakan oleh banyak penjual DVD karena mencari film jadul.
  • Hingga hari ini masih belum menemukan Badai Pasti Berlalu versi tahun 1970-an yang dibintanggi oleh Christine Hakim dan Roy Marten. Beberapa review yang saya baca tentang ini menjelaskan bahwa versi ini jauh lebih baik dibandingkan versi 2007 dan lebih mirip dengan novel yang ditulis oleh Marga T.
  • Dan akhirnya saya punya teman yang menyukai flm ini, setelah nonton bersama Bunda Ipeh, Dhani, dan Anggi.
Editing gambar setelah nonton (1)

Editing gambar setelah nonton (2)

You May Also Like

2 Comments

  1. Ehem Saya juga suka, semua Film Layar Lebar Vino bagus, bukan yang FTV yah :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. bukan FTV, BPB film layar lebar keluaran 2007. Difilmkan kmbli stlah versi awal thu 70-an.
      Vino gak bnyak muncul disini tp Vino keren bgt dg peranya sbg dokter.

      Hapus