1 April 1998, saat itu usia saya masih 6 tahun. Setelah selesai sekolah saya selalu mengekori siapapun yang akan ke klinik bersalin untuk menjenguk mama, ketika itu tujuan saya hanya untuk bermain bukan menantikan kehadiran seorang adik.
Empat belas tahun yang lalu nenek membawakan nasi bungkus dengan
lauk hati untuk makan siang saya di klinik bersalin, Semua orang mulai
memanggil saya dengan sebutan "kakak", tapi hari itu saya tetap merasa
seperti hari-hari lainnya yang berbeda adalah saya punya adik. Saat ini saya tidak bisa menggambarkan secara tepat bagaimana perasaan saya ketika itu, yang saya ingat hanya lah saya merasa diabaikan karena setiap orang yang datang hanya ingin melihat adik bukan lagi saya.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai menyesuaikan diri dari kehidupan anak tunggal yang menjadi pusat perhatian . Mulai harus berbagi orang tua, berbagi fasilitas, dan banyak hal yang harus kami bagi bersama. Terkadang kami bisa menjadi sahabat yang baik, berbagi cerita dan saling bahu membahu dalam mengerjakan banyak hal, tapi dalam banyak hal kami berbeda pendapat dan bertengkar lalu diakhiri dengan omelan mama tentang arti saudara.