Salah satu program yang harus saya jalani di Program Pendidikan Dokter Hewan (PPDH) adalah Magang Profesi Pilihan (Mapropil). Hal paling indah tentang Mapropil adalah kamu bisa memilih lokasi magang sesuai minat dan bisa memilih dosen pembimbing yang paling baik, gampang ngasih nilai, dan paling cocok dengan kepribadian kamu. Awalnya, saya ingin memilih mapropil di konservasi insitu orang utan. Tapi lembaga yang ingin saya tuju tidak memberikan respon jadilah saya mapropil di tempat favorit seantero Jakarta, Taman Margasatwa Ragunan (TMR). Entah apa yang ada di TMR yang selalu menarik saya untuk datang. November 2015 adalah kali ketiga saya mengajukan dan diterima untuk magang di TMR dan entah untuk kali keberapa hanya sekedar datang dan berkunjung bertemu para sahabat.
RA, dewa matahari dengan kepala elang, dewa dari seluruh dewa dari peradaban Mesir Kuno. Ra bertugas memimpin sebuah perahu yang ditempati oleh banyak dewa melintasi langit untuk menyinari bumi. Setibanya di ufuk barat, Ra melintasi akhirat membawa cahaya untuk jiwa-jiwa yang telah mati kemudian kembali ke timur dan menyinari bumi di siang hari. Perjalanan yang dilalui oleh Ra penuh bahaya dari Apep, dewa ular yang jahat. Suatu waktu Apep mampu menghentikan perjalanan Ra dan mereka bertarung. Dalam pertarungan inilah bumi menjadi gelap gulita pada siang hari. Ada banyak mahluk yang mengawasi perjalanan Ra dan Apep. Seekor Naga dari daratan Cina, Rahu dan Kelu dari India, dan Batara Kala dari Tanah Jawa. Mereka hanyalah sosok yang membayangi perjalanan Ra dan Apep, kemudian menelan mereka ketika sedang lenggah di tengah pertarungan.
Bara Kala sudah menunggu selama 21 tahun sejak 24 Oktober 1995, menantikan pertarungan antara Ra dan Apep. Tahun ini Ra melewati langit nusantara dan di suatu titik Apep mampu menghalangi perjalanan Ra, ketika itu Batara Kala muncul dan menelan mereka. Namun dari tanah jawa kondisi ini terlihat seperti Batara Kala menelan kepala dewi Ratih.
Minggu lalu saya mendapat kesempatan bergabung bersama teman-teman blogger dan tim dari ICITY Indosat Ooredoo (read: u-ri-du) untuk membahas digital komik. Ngomong-ngomong soal komik, saat kecil saya suka membaca komik. Komik Jepang seperti Doraemon, Cherry, Detektif Conan, dan Sinchan merupakan sahabat setia anak gaul 90-an seperti saya. Komik Jepang yang paling saya suka adalah serial Wildlife yang mengangkat cerita tentang seorang dokter hewan. Saya ingin seperti Thesso Iwashiro yang memiliki jiwa besar dan keikhlasan hati membantu hewan terutama satwa liar. Komik karya penulis Indonesia yang saya ingat terbit diakhir 90-an adalah komik Petruk Gareng karya Tatang S. Komik karya Tatang S, ini mampu mengenalkan tokoh perwayangan (Petruk , Gareng, Semar, dkk) dalam kehidupan sehari-hari dan memberi banyak pesan moral melalui kisah komedi dan terkadang horor.
Digital komik yang dibahas adalah Cronicle Of Calonarang Baladewa yang diterbitkan dalam dua versi yaitu versi dewasa dan versi anak-anak dengan multimedia yang lebih ceria khas anak-anak. Pertama kali melihat cuplikan komik yang terlintas dalam pikiran saya, He's Samsons. Hei... siapa yang tak kenal Samson laki-laki kuat yang mampu mengalahkan seekor singa namun tunduk pada pesona si cantik Delilah. Tapi ternyata saya salah....