Jurnal 5, Adik

1 April 1998, saat itu usia saya masih 6 tahun. Setelah selesai sekolah saya selalu mengekori siapapun yang akan ke klinik bersalin untuk menjenguk mama, ketika itu tujuan saya hanya untuk bermain bukan menantikan kehadiran seorang adik.
Empat belas tahun yang lalu nenek membawakan nasi bungkus dengan lauk hati untuk makan siang saya di klinik bersalin, Semua orang mulai memanggil saya dengan sebutan "kakak", tapi hari itu saya tetap merasa seperti hari-hari lainnya yang berbeda adalah saya punya adik. Saat ini saya tidak bisa menggambarkan secara tepat bagaimana perasaan saya ketika itu, yang saya ingat hanya lah saya merasa diabaikan karena setiap orang yang datang hanya ingin melihat adik bukan lagi saya.
Seiring dengan berjalannya waktu, saya mulai menyesuaikan diri dari kehidupan anak tunggal yang menjadi pusat perhatian . Mulai harus berbagi orang tua, berbagi fasilitas, dan banyak hal yang harus kami bagi bersama. Terkadang kami bisa menjadi sahabat yang baik, berbagi cerita dan saling bahu membahu dalam mengerjakan banyak hal, tapi dalam banyak hal kami berbeda pendapat dan bertengkar lalu diakhiri dengan omelan mama tentang arti saudara.
Saya tidak tahu bagaimana arti adik bagi orang lain, tapi bagi saya adik adalah manusia. Ya, adik adalah manusia yang lahir dari rahim yang sama dengan saya, berasal dari genetik yang sama, hanya kami berbeda golongan darah. Walaupun usia saya semakin bertambah dan tentunya adik saya akan semakin dewasa, tapi bagi saya adik tetap lah 'Si kecil Via' yang selalu ingin saya kerjai, yang selalu menjadi objek keisengan saya, dan selalu di hati saya.Walau kita sering bertengkar, berbeda pendapat, atau saling berkompetisi dalam berbagai hal, satu hal yang tak pernah berubah 'kakak menyayanggi mu, dik'

Selamat ulang tahun adikku...
Semoga panjang umur, bertambah dewasa, dan menjadi lebih baik dalam banyak hal.



Saya binggung mencari potret anak ini di file laptop


You May Also Like

0 Comments