Jurnal 87, February

February is mine, Februari adalah bulan penuh cinta dan saya sangat beruntung terlahir di bulan Februari. Masih ingat serial wiro sableng? Saya selalu suka menonton serial yang di angkat dari novel berjudul sama karya ayah Vino G Bastian itu, kenapa? Karena angka sakti yang di tato di dada wiro sableng adalah ulang tahun saya.
 21 Februari 1992...
Tentunya, saya tidak pernah tau apa yang terjadi pada hari itu. yang saya tau hari itu adalah hari ulang tahun seperti yang tertera di akte kelahiran. Saya dilahirkan ketika adzan magrib dan katanya jika terlahir sebagai cowok maka saya akan diberi nama "Magribi". Ada apa dengan penamaan "bi"? mungkin ini bukti sebagai apapun terlahir saya akan dipanggil "bi". Jujur saja, saya paling senang dipanggil "bi" daripada "feb". Alasannya tidak pasti, hanya merasa bukan diri sendiri ketika dipanggil "feb". Seolah panggilan tersebut ditujukan pada orang lain.
Selain masalah nama, hal yang selalu menyertai kelahiran saya adalah Hebbi dan Manda. Entah kenapa ketiga ibu kami selalu mengatakan kami lahir bersama. Padahal sebenarnya kami hanya lahir di rumah sakit yang sama tapi tanggalnya berbeda. Saya lahir di tanggal 21, Manda 23, dan Hebbi pada 24 februari 1992. Dan cerita ini pun jadi dikenal oleh teman-teman disekolah dan sering kali disebut "kelahiran satu rumah sakit". Tidak banyak hal yang saya ingat tentang ulang tahun. Hal yang mengingatkan pada ulang tahun mungkin seperti....
  • Perayaan ulang tahun pertama yang hanya bisa diingat dari foto
  • Ngerayain ulang tahun bersama teman-teman ngaji waktu SD
  • Sarapan nasi goreng buatan mama sebelum berangkat ke sekolah dengan diiringi lagu selamat ulang tahun dari VCD Player.
  • Atau masa saat beranjak remaja yang lebih menikmati ulang tahun dikerjain oleh teman-teman dengan lemparan tepung dan telur
  • Mungkin saja acara makan-makan di kamar sempit asrama di tahun pertama kuliah
  • Menikmati berenang di kolam penuh lumpur di kampus hampir selama 3 tahun terakhir
Mungkin yang paling spesial adalah ketika saya menulis catatan tentang hal-hal yang lewat di otak 30 hari menjelang ulang tahun ke-16. Dan saya masih ingat ketika saya nangis abis-abisan karena hal gak penting di ulang tahun ke-17 beserta cokelat yang dipesan khusus oleh adik dan diletakkan di lemari buku. Pasti masih ingat pagi hari ditelepon papa dan adik-adik tahun lalu untuk mengucapkan selamat ulang tahun beserta nasehat untuk melewati umur baru. Dan yang saya tahu, ulang tahun ke-21 adalah yang paling menyedihkan, pertama kali merayakan ulang tahun tanpa mama dan pikiran bodoh tentang ketidakadilan tuhan yang tidak memberi waktu 2 minggu untuk mama ada di ulang tahun saya.
Dan Februari tahun ini yang baru berjalan dua hari menjadikan saya seorang yang sangat melankolis. Terlalu banyak hal yang terjadi satu tahun yang lalu. Saya yang sangat bahagia di tanggal 1 Februari karena dua novel yang paling saya suka akan di filmkan, lalu kemudian seminggu kemudian memenangkan salah satu lomba blog. Dan hanya berselang satu hari dari kemenangan pertama saya di lomba blog menjadi hari terakhir mendengar suara mama di telepon. 
Tahun lalu dan mungkin termasuk 20 tahun sebelumnya, saya selalu menantikan datangnya bulan ini ketika neptunus mulai menaunggi langit. Ketika 20 hari telah terlewati, dan satu hari ketika semua orang mengingat saya dan mengucapkan selamat ulang tahun, atau mungkin ketika teman-teman memang menyiapkan diri untuk cuek dan pura-pura lupa pada saya. Tapi, tahun ini saya berharap tidak ada Februari, tidak ada perayaan ulang tahun dan tidak ada hari yang mengingatkan pada satu tahun kepergian mama. 
Sepertinya benar, Februari tahun ini saya terlalu melankolis, dan terlalu banyak menulis tentang curhatan gak penting di blog ini.
Happy Februari!
Apakah terlalu berlebihan ketika saya bilang tak ingin ada kejutan berlebihan di tahun ini? Tak ingin ada satupun yang spesial, tak ingin ada satu apapun.

You May Also Like

0 Comments