Jurnal 14, About 'Starting or Finishing'

Tidak ada yang bisa aku perjuangkan dari kisah semacam ini. Sebuah kisah yang tidak pernah bisa diakhiri karena aku tak pernah memulainya. Aku hanya menciptakan kisah ini dari beribu tanya diotak dan merangkainya dalam imajinasiku. Aku yang selalu menginginkanmu dalam setiap langkahku, tapi tak pernah sanggup meminta kau untuk memenuhi hal ini. Aku yang terlalu sering memikirkan setiap sikap dan ucapan yang kau tujukan padaku. Aku hanyalah sebuah titik yang tak ada artinya dalam pandanganmu. Aku hanya menjadi bayangan yang selalu mengikuti perjalananmu, tanpa bisa meraihmu. Apakah ketika mampu meraih tanganmu dan menggenggamnya dengan erat bisa mengakhiri semua??

Aku sudah berusaha untuk meraihnya. Ya, berusaha dengan banyak perbuatan bodoh dan akhirnya malah menyakitimu. Aku yang selalu menantikan saat-saat latihan dan bisa bebas berbicara denganmu, walaupun kenyataannya aku hanya bisa mengikutimu dari sudut mataku. Aku yang menantikan ice breaking kekompakan tim dan menantikanmu memberiku sebuah kartu atau permen. Dan, ternyata hal ini hanya terjadi sekali dalam seumur hidupku. Hanya ada satu waktu ketika kau memilih aku diantara banyak teman-teman yang lain dan mungkin hanya ada satu merah yang bisa kau berikan padaku. Kenyataannya adalah, aku ingin hari itu berulang setiap saat, aku ingin kan kau percaya aku dan memberi kartu merah itu selalu untukku.

Tak ada lagi latihan hingga aku harus berusaha agar bayanganku dapat terlihat dalam sudut matamu. Inilah semua kebodohan itu dimulai hingga akhirnya kau terlihat sangat membenciku. Dilanjutkan dengan lebih banyak (lagi) kebodohan selama tiga tahun yang aku lakukan. Banyak hal yang aku anggap mustahil tapi mampu diselesaikan ketika aku berpikir tentang kamu. Aku pun harus mengakhiri bagian dari kisah ini dengan merelakanmu dan berharap ada sesuatu di luar sana yang mampu mengalihkan perhatianku. Hingga saat ini, banyak hal yang mampu mengalihkan perhatianku, termasuk seseorang yang kau titipkan padaku (tepat dihari ulang tahunku). Faktanya, banyak hal yang mampu mengalihkan perhatianku, bahkan aku sudah mampu dengan ikhlas merelakanmu. Aku mampu bersikap biasa dan berhenti memeikirkanmu dengan harapan kau tak akan pernah kembali.

Sebuah kebohongan ataupun harapan semu yang diciptakan oleh otakku, untuk apa aku berkata kau tak akan pernah kembali karena pada kenyataanya dirimu pun tak pernah datang. Apakah aku terlalu berharap? atau aku telah terhanyut dalam imajinasiku sendiri? Dan, (lagi.. lagi..) imajinasiku mampu membenarkan hal ini, sebuah suara dari dalam diriku berkata 'aku hanya berharap kau tak akan datang disaat aku memiliki sebuah kehidupan baru dan dengan semua rekaman imajinasiku tentangmu mampu menghancurkanku dalam waktu yang bersamaan' 

Saat ini, kau bukannya datang padaku dan masih seperti yang dulu tak pernah menginginkanku. Tapi, hanya dengan sedikit cerita tentang kau dan dia, memunculkan secercah harapan untukku. Aku tau kemungkinan itu sangat kecil, tapi aku tetap berharap. Aku menyebutnya 'Starting or Finishing'.

Aku harus melakukan sesuatu untuk semua ini, aku harus memulainya atau mengakhirinya. Aku tak ingin hal seperti ini terulang kembali. Aku harus memulai kisah ini atau mengakhirinya agar tak ada keraguan dan perasaan sungkan di kemudian hari. terkadang aku berpikir, mungkin ini obsesi. Obsesi untuk mendapatkan semua yang ku inginkan. Tapi, apakah benar ini makna dari kata obsesi?? atau inilah makna dari kata cinta??

Mungkin bagimu, semua yang terjadi selama ini hanyalah usahaku yang sia-sia dan banyak menganggumu ataupun orang lain. Tapi, bagiku inilah media pembelajaran, aku yang egois, aku yang manja, dan aku yang selalu ingin menang sendiri. Dan sejak ada kamu aku berusaha untuk di terima, berusaha untuk tidak egois, berusaha untuk kuat, dan berusaha untuk menjadi aku yang lebih baik.

***
Kumpulan tulisan di balik buku catatan anak SMP


You May Also Like

0 Comments