Legenda Edelweiss
“Mengapa engkau berpaling, apakah aku tidak menarik hatimu?” Suara Azka menjadi lebih keras dan tegas saat menirukan ucapan sang Puteri Alpen yang cantik saat seorang pemuda datang untuk melihat dan mengagumi kecantikannya. Seorang pemuda yang mendaki Gunung Alpen untuk melihat kecantikan puteri raja beserta hatinya yang dingin dan tak pernah tersenyum, seperti yang menjadi pembicaraan warga saat bersua di kedai-kedai dekat kaki Gunung Alpen.
“Putri sangatlah cantik dan menawan, setiap pemuda yang melihat putri pastilah akan jatuh cinta, begitu juga dengan saya. Namun saya hanyalah penggembala miskin yang tidak mungkin mampu memberikan barang-barang yang bagus apalagi perhiasan yang indah untuk menyenangkan hati putri. Saya juga bukan lah seorang terpelajar yang bisa merangkai kata dan kalimat yang indah untuk memikat hati putri, bagi saya pertemuan ini saja sudah merupakan anugerah” lanjut Azka sebagai jawaban dari sang pemuda, Azka menghela nafas panjang “Sang Puteri terpana dan kagum akan kesederhanaan pemuda itu, puteri meminta pemuda itu untuk menemuinya lagi.” Azka mengakhiri ceritanya.
“Apakah mereka akan bahagia seperti Cinderella dan pangeran??” Lizzie menanyakan akhir kehidupan Puteri Alpen yang masih belum seharusnya belum berakhir.
“Suatu hari nanti aku akan menceritakan akhir kisah cinta Puteri Alpen dan pemuda itu.” Jawab Azka dengan tersenyum usil “Bukan sekarang!” tegasnya lagi.
Lizzie tidak puas akan jawaban dari sahabatnya dan tersenyum kecut menunjukkan kekecewaanya pada Azka, yang sering menceritakan dongeng dari berbagai belahan dunia padanya. Lizzie kecewa karena Azka tidak mengakhiri dongeng ini seperti dia menceritakan dongeng lainnya, Cinderela, Puteri salju, gadis berkerudung merah, dan banyak dongeng lainnya.
***
0 Comments