Jurnal 107, Belajar Budaya Nusantara Melalui Komik Digital

Minggu lalu saya mendapat kesempatan bergabung bersama teman-teman blogger dan tim dari ICITY Indosat Ooredoo (read: u-ri-du) untuk membahas digital komik. Ngomong-ngomong soal komik, saat kecil saya suka membaca komik. Komik Jepang seperti Doraemon, Cherry, Detektif Conan, dan Sinchan merupakan  sahabat setia anak gaul 90-an seperti saya. Komik Jepang yang paling saya suka adalah serial Wildlife yang mengangkat cerita tentang seorang dokter hewan. Saya ingin seperti Thesso Iwashiro yang memiliki jiwa besar dan keikhlasan hati membantu hewan terutama satwa liar. Komik karya penulis Indonesia yang saya ingat terbit diakhir 90-an adalah komik Petruk Gareng karya Tatang S. Komik karya Tatang S, ini mampu mengenalkan tokoh perwayangan (Petruk , Gareng, Semar, dkk) dalam kehidupan sehari-hari dan memberi banyak pesan moral melalui kisah komedi dan terkadang horor.
Digital komik yang dibahas adalah Cronicle Of Calonarang Baladewa yang diterbitkan dalam dua versi yaitu versi dewasa dan versi anak-anak dengan multimedia yang lebih ceria khas anak-anak. Pertama kali melihat cuplikan komik yang terlintas dalam pikiran saya, He's Samsons. Hei... siapa yang tak kenal Samson laki-laki kuat yang mampu mengalahkan seekor singa namun tunduk pada pesona si cantik Delilah. Tapi ternyata saya salah....


Cronicle Of Calonarang Baladewa menceritakan tentang Kebo Parang seorang ahli silat yang sejak kecil bermain dan latihan bertarung dengan seekor harimau putih sahabatnya, hingga akhirnya Kebo Parang berguru pada Nyai Kalini seorang pendekar dan ahli pembuat pedang. Setelah perkenalan tersebut Kebo Parang menjadi seorang pendekar tangguh mengalami banyak petualangan seru.
Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi untuk Tantraz Komik Bali atas semua usaha mereka untuk menerbitkan komik dengan gambaran multimedia yang sangat indah dan mencerirtakan tentang legenda nusantara yang sudah mulai dilupakan. Tak banyak penulis fiksi yang berani mengangkat legenda dan sejarah nusantara menjadi topik tulisan mereka karena menurunnya minat pembeli terhadap karya jenis ini. Dengan gambaran multimedia yang luar biasa dan sangat detail, Cronicle Of Calonarang Baladewa merupakan bacaan yang menarik untuk anak-anak. Melalui komik ini, kita dapat belajar banyak tentang legenda dan sejarah nusantara, serta belajar tentang satwa endemik Indonesia. 


Kenapa satwa endemik Indonesia?? Halaman pertama komik versi anak-anak sangat menarik perhatian saya. Halaman pertama itu menggambarkan kehidupan hutan di kaki Gunung Kelud. Halaman itu menggambarkan keseimbangan ekosistem dan kekerabatan antara satwa-satwa di alam liar. Indonesia negara yang kaya akan keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna, bahkan banyak satwa-satwa di hutan Indonesia yang hanya hidup di bumi pertiwi. Namun seiiring berjalannya waktu banyak terjadi perburuan hingga jumlah satwa menurun dan tak banyak yang peduli dan bahkan tak mengenal. Walaupun hanya beberapa halaman dan banyak yang mengabaikan, bagi saya halaman itu adalah sumbangsih terbesar dari Cronicle Of Calonarang Baladewa untuk meningkatkan rasa cinta anak-anak terhadap satwa liar.
Saya yakin dan percaya, kita, anak-anak, dan siapapun yang membaca Cronicle Of Calonarang Baladewa akan menjadi orang yang mencintai legenda dan sejarah nusantara, tentunya juga mencintai satwa liar. Kalau bukan kita yang tau dan melestarikan legenda, sejarah,dan satwa liar, Lalu siapa?


Terima kasih ICITY dan teman-teman blogger yang rela mendengarkan curhatan saya tentang harimau putih, jerapah dan kuda nil yang gak ada di Indonesia, walaupun Indosat ooredoo yang banyak membantu mendatangkan sepasang Jerapah lucu ke Jakarta. Terima kasih sudah mempertemukan saya dengan Dirgah dan Ayuri (ini hanya paragraf tambahan sekalian curcol). Review dari teman-teman blogger yang lain bisa diintip di Hangout Digital Comic, atau mampir di rumahnya blogger muhasabah Vira, Imas, Yoga, dan Darma.

You May Also Like

12 Comments

  1. Asyeklah udah nulis.

    Itu kenapa ending-nya ada jerapah, Feb? Bahahaha. Nggak nyambung gitu menurut gue. XD

    BalasHapus
  2. Hahahaa...
    emang gak nyambung yog..
    tapi pengen aja, dia namanya Ayuri yang ngasih nama CEO Indosat...

    Mumpung ada orang Indosat yang baca, kali aja mereka lebih sering ngasih sponsor buat pertukaran satwa sama zoo di luar negeri....

    BalasHapus
  3. wah kak aku pengen ikut kalau ngumpul kaya gini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo vita...
      hayulah ikutan kalau ada nongkrong bareng...
      Ini juga yang ngundang si uni kok

      Hapus
  4. Salam kenal ya Feby....
    Makasih ya sudah datang kemarin.

    BalasHapus
  5. Nggak tau kenapa, gua malah lebih suka yang versi anak-anak daripada dewasanya, mungkin karena gambar-gambarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, soalnya yang versi anak2 gambarnya lebih menarik dan full colour...
      kalau yang versi dewasa gambarnya lebih nampilin kesan suram

      Hapus
  6. wahhh kamu concern banget sama satwa dan wildlife ya?
    jadi Dirgah dan Ayuri ini ceritanya didatangkan sama Indosat gitu? *nanya OOT* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha allah ke depannya bisa berjuang untuk melestarikan satwa liar Indonesia...
      Iya, Dirgah dan Ayuri, jerapah baru yang ada di Taman Margasatwa Ragunan. Kedatangan mereka hasil kerjasama pemprov DKI dan Indosat ooredoo

      Hapus
  7. Nggak tahu kalo tante suka juga baca komik, beneran nih?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di paragraf pertama udah ditulis saat kecil saya suka membaca komik" (sebelum komik aku dibuang sama si mama waktu SMP).
      Kalau webtoon bisa dihtung komik, aku suka baca komik (mengingat gratisan)

      Hapus