Jurnal 80, Tentang Kukang

Sumber: wikipedia.co.id
Bisakah kamu melihatku?
Dua bola terang oranye itu adalah mataku.
Kukang merupakan jenis primata Prosimian. Prosimian dikategorikan sebagai primata primitif, yang merupakan bagian dari ordo Primata. Kukang merupakan jenis hewan nocturnal yang beraktivitas dimalam hari dan hidup secara soliter. Makanan sehari-hari primata jenis ini adalah serangga, nektar, getah, reptil kecil, dan buah-buahan liar. Di Indonesia terdapat tiga jenis kukang, yaitu: Kukang Kalimantan, kukang Sumatera, dan Kukang Jawa. Dewasa ini perdagangan kukang sedang merajalela di Indonesia terutama di kota-kota besar. Terkadang kukang sering di katakan kuskus (salah satu jenis marsupialia asal Indonesia Timur), padahal mereka jelas-jelas berbeda dilihat pada klasifikasinya. Kuskus merupakan jenis hewan berkantung sedangkan kukang  termasuk ordo primata. 

Perdagangan kukang tak kalah menyedihkan seperti halnya topeng monyet. Kukang merupakan hewan nocturnal yang aktif dimalam hari, namun pada saat diperdagangkan hewan ini harus berhadapan dengan teriknya matahari. Andaikan hewan ini bisa menggunakan kaca mata hitam mungkin tidak terlalu menyakitkan bagi mata mereka. Banyak cara yang dilakukan pedagang untuk menunjukkan hewan ini adalah hewan yang lucu dan tidak membahayakan manusia, salah satunya adalah dengan memotong taring kukang. Sekarang coba bayangkan anda tidak memiliki taring dan harus makan. Entahlah, saya tidak tau harus menulis apalagi, terlalu banyak hal menyedihkan yang harus dilewati kukang-kukang yang di tangkap manusia dan diperjualbelikan kemudian dijadikan hewan kesayangan atau sering disebut "pet".
Beberapa hari terakhir saya sering blogwalking ke tulisan-tulisan tentang kukang dan hal ini sangat menyedihkan bagi saya.  Mungkin benar mereka akan lebih baik ketika ada di tangan kita dibandingkan berada di tangan pedagang, seorang yang menjadikannya hewan peliharaan, menyayanggi mereka, memberi makan, merawat mereka ketika sakit, dan apapun yang sering kita lakukan pada hewan kesayangan. Tapi, apa ini yang sesungguhnya mereka inginkan?? Pernah nonton sinetron?? (tentunya sinetron sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia). Sinetron Indonesia sering kali menceritakan tentang seorang anak yatim piatu yang hidup di panti asuhan kemudian diadopsi oleh keluarga kaya, apakah ini yang diinginkan oleh anak itu? Hidup bergelimpangan harta memiliki orang tua yang menyayangginya, tapi meninggalkan kehidupan mereka sebelumnya? Sebenarnya perumpamaan ini masih sangat subjektif, tapi seperti inilah yang saya pikirkan tentang kukang yang hidup di rumah.
"Cara pemeliharaan kukang yang baik"
"Bagaimana menangani kukang yang tidak mau makan?" 
"Bagaimana cara mengembangbiakkan kukang?"
"Kembangbiakkan saja sampai mendapatkan kukang dalam jumlah yang banyak"
"Kukang lebih baik dipelihara dan dikembangbiakkan karena jumlah mereka di alam sudah sedikit"
Banyak sekali kalimat-kalimat yang menyayat hati setiap kali membacanya. Siapa yang menentukan yang terbaik untuk dirinya? Bahkan kitapun terkadang mengatakan "kamu tidak tau apa yang terbaik untuk saya", pasti kukang akan mengatakan hal yang sama apabila mereka memiliki kemampuan untuk berpendapat. Bukankah tempat terbaik adalah rumahmu? Hal itu juga yang berlaku untuk kukang, tempat terbaik adalah di hutan, tempat mereka berasal, saling beradaptasi, saling memburu dan diburu, tempat dimana mereka benar-benar hidup secara nyata, hidup secara nyata bukan hidup dan menjadi tontonan. Mungkin jika dibalikkan ada seorang manusia di tengah hutan, di kandangkan, di beri makan dan dirawat oleh seekor kukang, apakah itu yang diinginkan oleh seorang manusia? 
Saya tau setiap orang memiliki pendapat yang berbeda, bahkan hal itu sudah diterangkan secara jelas dalam simbol negara kita "Bhineka Tunggal Ika" bukan?? Saya hanya ingin menulis bahwa perkara melindunggi hewan yang hampir punah bukan hanya permasalahan saat ini dan bagaimana cara melestarikan populasinya di masa yang akan datang, permasalahan ini juga terkait sejarah tentang "Mengapa mereka terancam punah?" Mungkin bagi orang-orang yang peka meraka akan menjawab dengan lantang "Karena kita manusia menginginkan mereka, mengambil mereka dari alamnya, kemudian jumlahnya berkurang". Ini bukan hanya tentang kukang tapi tentang semua satwa liar khususnya yang endemik Indonesi, bukan kesalahan pemerintah yang tidak bisa melestarikan mereka di alam dengan program-program yang memakan dana hingga milyaran atau bahkan triliunan rupiah, tapi ini kesalahan kita bersama yang tidak pernah ingin melestarikan mereka di alam. 

You May Also Like

9 Comments

  1. haha, sakit hati juga memang. Apalagi saat mereka sok tahu melebihi ahli kukang manapun. Aku sampe di-kick dari grupnya gara2 coba ngelurusin pikiran miring mereka -_-

    Nice post~

    BalasHapus
    Balasan
    1. gue belum berani sefrontal kakak kalau nulis hal2 terkait hobis :(

      Hapus
  2. Balasan
    1. Setiap orang punya pendapat yang berbeda tentang pelestarian satwa liar..
      tapi bukannya lebih indah jika mereka hidup secara normal di alamnya

      Hapus
  3. Baru denger jenis binatang ini, kata koala gitu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, Kukang itu sejenis Primata satu ordo dengan monyet, kera, orang hutan dan sejenisnya.. Tapi berbeda subordo, mereka tergolong Prosimian atau sering disebut Primata primitif.

      Kalau kuskus (banyak di papua) memang termasuk hewan berkantung.
      Tapi dimata awam, terutama akibat 'bujukan' pedagang, kukang yang diperjual belikan sering disebut kuskus..

      Hapus
  4. kalau aku sih berprinsip "cinta tak harus memiliki" jadi kalo sesuka2nya sama satwaliar emang lebih bagus untuk tidak dimiliki #apasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin harus lebih tegas tha "Cinta terhadap satwa liar itu GAK BOLEH memiliki"

      Hapus