Jurnal 16, Problem solving kah??

Beberapa waktu terakhir kontrol emosi saya sangat buruk. Saya ingin menceritakan beberapa hal yang ada di balik sebuah acara. Banyak hal yang saya dapatkan dari kepanitiaan acara itu, hingga akhirnya saya memberikan sebuah mantra untuk adik kelas angkatan 47.
Kerjain apa yang kamu bisa dan jangan terlalu berharap sama orang lain, sekalipun dia temanmu.
Melalui acara itu saya jadi tau siapa-siapa saja orang yang benar-benar bisa diandalkan, yang gabut tapi tenang, dan yang gabut tapi berisik. Saya memang bukan manusia yang sempurna, tapi saya rasa banyak sikap di banyak keadaan yang harus ditempatkan pada posisi yang sesuai.

Saya terlalu mengenal diri saya, karena itu sejak masuk ke institut ini saya berusaha sedemikian mungkin untuk membuang jauh-jauh sifat buruk saya. Saya orang yang sangat susah untuk melupakan kesalahan orang lain. Karena  itu, selama ini saya berusaha untuk merubah image orang yang berbuat salah dengan merubah skenario yang terjadi di dunia nyata, mungkin bisa disebut berusaha berpikir positif. Salah satu sahabat saya (no name) selalu bilang muka saya seperti sapi, tanpa ekspresi, biasa, marah-seneng-sedih keliatannya sama saja dan orang yang sama juga pernah berkata kita berhak marah pada saat yang tepat dan dengan porsi yang sesuai. Hari itu saya kesal dan akhirnya lepas kendali, saya marah dan gak peduli apapun pendapat mereka tentang hal ini. Di satu sisi saya menyesal akan hal ini, tapi di sisi lain saya bangga karena bisa menunjukkan emosi 'marah' dengan sempurna. 

Saat ini, semua jenis setan dan berbagai aura jahat mengelilinggi saya. Jujur saja, saya lelah. Lelah karena harus menekan mereka untuk kembali pada tempatnya, saya tidak ingin menjadi orang jahat dan mungkin ketika itu saya tidak bisa lagi mengenali orang itu. Rekan kelahiran satu rumah sakit saya mengatakan bahwa setiap problem itu 70% disebabkan oleh kita sendiri sedangkan 30% dari orang lain. Dia benar, dalam masalah ini 70 % kesalahan saya adalah kontrol emosi. Saya sangat membenci Feby Yolanda saat lepas kontrol dan saya masih belum bisa memaafkan diri saya karena kejadiaan ini (walau saya cukup bangga karena bisa marah disaat yang tepat). Terlepas dari kontrol emosi saya, hebbi bilang saya sudah banyak melakukan banyak kegiatan, memiliki banyak kesempatan untuk mengembangkan pemikiran dengan problem solving masalah, dan terlibat dalam kegiatan besar dengan potensi memiliki pengalaman luar biasa serta bertemu orang2 yang luar biasa.

Dibalik semua itu, saya berterima kasih pada mereka semua. Saya bangga mereka bisa merobohkan pertahanan saya. Dan saya sangat berterima kasih karena mereka telah membuka pikiran saya, memberi saya kesempatan untuk gak berpikiran dangkal. Walaupun masalah ini belum menuju ke sebuah kata yang disebut 'solusi', minimal saya menemukan pengalihan perhatian yang berakhir pada solusi untuk masalah yang tidak dapat saya selesaikan selama ini.

Mantra dari ibu nadine
Guru itu ada dua, orang yang mengajarkan mu ilmu dan yang memberimu pelajaran untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Teori yang baru saya dengar, belum pernah terpikirkan sebelumnya, tapi sangat luar biasa:
Berlawanan dengan positive psikologi yang mencari kebahagiaan tapi ini adalah negative psikologi.Dimana manusia akan selalu berpikiran negatif, bukan artinya negatif yang sebenarnya negatif. Tetapi, pikiran negatif ini untuk memicu kemampuan problem solvingnya terhadap suatu masalah makin jelek pikirannya terhadap suatu hal, maka nantinya ia akan menemukan kebaikan yang tersembunyi dibaliknya. change the negative become positive

Note:
  • Terlepas dari semua yang saya tulis diatas, ini hanya pemikiran saya. 
  • Dan saya sangat bangga punya rekan kelahiran satu rumah sakit calon psikolog yang sangat banyak membantu saya selama ini, terutama dalam membentenggi emosi.

You May Also Like

0 Comments